√ Menjalin Tali Kasih Dengan Guru Sejati



ini yaitu artikelu
yang saya tulis ketika jadi mahasiswa si STAIN SALATIGA yang kini jadi IAIN SALATIGA

Menjalin Tali Kasih Dengan guru sejati

Guru yaitu sosok yang terpandang, disegani dan terhormat di mata masyarakat. Jasa mereka sangat besar. berkat mereka seseorang sanggup menjadi insinyur, dokter, ilmuwan, arsitek, politikus, dan lain sebagainya. Berkat didikan dan kesabaran guru kebodohan sanggup dihilangkan, kemiskinan sanggup dientaskan, kedudukan sanggup diraih. Guru merupakan figur pembaharu bangsa. Ketulusan guru bisa merubah tatanan kehidupan disegala bidang, baik politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain-lainnya ke arah yang lebih baik. Pantaslah kalau guru menyandang gelar hero tanpa tanda jasa.

Dahulu siswa sangat menghormati akan keberadaan guru. Tausiyah dan pesan guru begitu berarti bagi mereka. Namun, nilai-nilai yang selama ini sangat menjunjung tinggi martabat guru mulai luntur dan terkikis di kalangan siswa. Hal ini nampak pada perilaku dan prilaku di kalangan maha siswa, siswa SMA, siswa SMP, dan SD yang sering mencerminkan kurang menghormati guru. Contoh, siswa ketika berbicara dengan guru tidak memakai bahasa yang santun, bahkan mereka sering memakai bahasa menyerupai dengan temannya sendiri; ketika guru berjalan, siswa malah gebut naik kendaraannya disamping guru, berbeda sekali dengan siswa dulu, mereka akan turun dari kendaraannya manakala ada guru sedang berjalan; di luar jam sekolah ketika mereka bertemu dengan gurunya mereka enggan menyapa dan memperlihatkan perilaku hirau tak acuh; nasehat guru sering tidak di dengarkan siswa. Keprihatinan kita yaitu perilaku siswa yang kurang menghormati guru ini malah sering terjadi di kalangan siswa yang tinggi menyerupai maha siswa dan siswa SMA.

Nampak sekali terjadi pergeseran norma dan perilaku siswa terhadap gurunya di lingkungan sekolah.

Apa saja penyebab-penyebab terjadinya pergeseran nilai-nilai luhur terhadap guru ini?

Jika ditelusuri ternyata banyak penyebabnya, diantaranya dampak dari dampak negatif globalisasi, teknologi, reformasi, teladan hidup konsumtif yang menyimpang tuntunan agama, media cetak, media elektronik, dan dampak lingkungan di mana mereka tinggal yang bisa menerobos dinding lingkungan pendidikan. Lebih-lebih, dampak gaya hidup anak sekolah yang diputar dalam sinetron sampaumur yang tema dan settingnya mengambil lingkungan sekolah sebagai obyeknya.

Sinetron ketika ini banyak yang tidak sesuai dengan norma-norma sekolah. Baik norma yang bekerjasama dengan perilaku siswa dengan guru, siswa dengan siswa, cara berbahasa yang tidak santun, cara berbusana siswi yang bertentangan dengan tuntunan agama, dan surutnya kewibawaan seorang guru di mata siswa. Sebagaian siswa memperlakukan guru sebagai obyek pendidikan yang sanggup dipermainkan oleh siswa. Padahal, guru seyogyanya menjadi subyek pendidikan yang mempunyai tugas untuk mengendalikan dan membimbing siswa.

Guru yaitu ujung tombak keberhasilan pendidikan, lantaran itu, tugas guru sangat memilih keberhasilan bagi siswa. Walaupun dizaman kini ini sentra pembelajaran yaitu siswa (student centre) dan guru sebagai fasilitator. Tetapi guru tetap berperan penting dalam proses berguru mengajar, alasannya yaitu dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan perangkat-perangkat pembelajaran menyerupai PSA, metode, pendekatan, strategi, pengelolaan kelas, evaluasi, kreteria ketuntasan berguru yang semua itu dirancang oleh guru.

Kita mengetahui bahwa tujuan pendididkan bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan menyebarkan kemampuan intelektual siswa saja, tetapi juga perlu menerima perhatian serius soal pendidikan mental, emosi, dan spiritual siswa yang mana semua itu akan tercermin dalam kepribadian siswa dan kemampuan siswa ketika berkiprah di tengah-tengan masyarakat memainkan perannya. Siswa yang mempunyai otak briliant tanpa didukung oleh kepribadian yang matang, tidak akan banyak mempunyai peluang untuk menempati posisi strategis dalam semua aspek kehidupan. Karena itu, tugas dan tanggung jawab guru dalam membimbing siswa sangat diperlukan.

Permasalahan-permasalahan ini kalau tidak menerima perhatian dan penanganan secara pribadi dari para pengelola dan pelaku pendidikan, akan sangat berpeluang untuk bersikap dan berprilaku nakal. Karena itu, di masa globalisasi dan reformasi ini, mestinya guru harus bisa menjadi figur teladan yang patut digugu dan ditiru oleh siswa. Keteladan guru dari semua aspek sangat kuat pada pembentukan diri dan kepribadian siswa.

Saat ini perubahan sangat cepat dan terjadi secara besar-besaran. Banyak bermunculan metode-metode pembelajaran yang unik, media yang serba luxs, akomodasi yang memadai, di tambah dengan meresapnya pembelajaran berbasis IT disekolah-sekolah unggulan, dan mudahnya mengakses aneka macam informasi. Semua ini yaitu perubahan yang tak terbendung lagi. Zaman boleh berubah, sarana boleh lengkap, metode boleh inovatif, media boleh berubah, namun guru harus tetap mempunyai kewibawaan dan kharismatik, nilai dan martabat guru harus tetap dijunjung tinggi.

Bagaimana semoga guru tetap mempunyai kewibawaan dan kharismatik di hadapan siswanya dan bagaimana siswa mempunyai perilaku dan kepribadian luhur yang menjunjung tinggi harkat dan martabat guru?

Pertama, guru -secara kontinyu- melaksanakan tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Maksudnya guru berusaha menata hati dan berdo’a sebelum masuk ke lingkungan sekolah lebih-lebih ketika akan mengajar siswa -siswinya. Bermohon kepada Allah semoga dalam mengajar guru diberikan kemudahan, keberkahan, dan diterima sebagai ibadah di sisi-Nya. Manfaatnya antara lain, guru akan mempunyai hati yang nrimo dan tanpa pamrih ketika mengajarkan materi pelajaran, permasalahan yang ada dirumah tidak akan terbawa ke dalam suasana kelas, guru mengajar dengan hati, kegaduhan yang terjadi di kelas dihadapinya dengan tengan, hati gampang memaafkan siswa yang salah, menganggap siswa-siswinya yaitu menyerupai anak kandungnya sendiri, sehingga guru sanggup mengajar dan membimbing siswanya dengan rasa kasih sayang, pintar dan bijaksana.

Kedua, sebelum mengajar guru mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajara. Ini bertujuan semoga guru mempunyai kesiapan untuk mengajar materi ketika di dalam kelas. Sebab, guru yang kurang mempunyai kesiapan, langkah-langkah pembelajarannyapun akan kurang optimal.

Ketiga, secara halus dan bijaksana guru tidak bosan-bosannya memperlihatkan nasehat dan bimbingan pada siswa semoga mempunyai perilaku dan kepribadian yang mulia terhadap guru, orang tua, dan siapapun. Guru berusaha memahamkan pada siswa akan pentingnya skill, moral, intelektual, dan spiritual untuk selalu berjalan beriringan, harmonis dan seimbang.

Keempat, bagi guru berusaha untuk membangun kesalehan diri semoga guru sanggup memperlihatkan keteladanan posistif pada diri siswanya. Sebab, guru yaitu figur yang digugu dan yang ditiru. Jika pohonnya bengkok tentu bayangannya pun juga bengkok. Tetapi, kalau pohonnya lurus, tentu bayangannya pun akan lurus.

Kelima, menjalin tali kasih dengan siswa. Murid akan gampang mendapatkan pelajaran yang diajarkan oleh guru faforitnya. Rasa bahagia dan kekerabatan batin ini akan sangat kuat pada prestasi dan kepribadian siswa. Perhatian guru pada siswa akan memunculkan motivasi siswa untuk lebih bersemangat dan berprestasi. Upaya untuk menjalin tali kasih ini sanggup dilakukan guru dengan cara selalu mendo’akan siswa -setelah shalat lima waktu atau seusai shalat malam- semoga mereka menjadi orang cerdas dan berakhlakul karimah.

Keenam, membiasakan mereka untuk bersalaman dan mengucapkan salam. Ucapan salam siswa pada guru dan sebaliknya merupakan unngkapan restu guru pada siswanya dan permohonan restu siswa kepada gurunya. Menebar salam dikalangan siswa akan mempererat kekerabatan batin antara siswa dan gurunya. Dengan bersalaman dan mengucapkan salam ini guru sanggup mengenal siswa lebih dekat, siswa merasa erat dengan gurunya, dan siswa termotinasi untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Bagi siswa salam dan bersalaman supaya diniatkan untuk meminta do’a restu dari guru dan salam dan bersalaman bagi guru, hendaknya diniatkan untuk memperlihatkan do’a restu kepada siswa-siswinya dalam menuntul ilmu pengetahuan.

Ketujuh, guru tidak pelit untuk memperlihatkan penghargaan dan motivasi terhadap siswanya. Penghargaan guru atas jerih payah siswa sangat berarti bagi siswa. Bahkan, semangatnya akan berdiri manakala guru memperlihatkan respon positif terhadap hasil karya siswanya. Dengan bahasa yang santun dan lembut guru meluruskan kesalahan dan kekurangan siswanya.

Kita semua berharap anak didik kita menjadi orang yang mempunyai keilmuan yang tinggi, skill yang mumpuni, kearifan budi pekerti, kedalaman spiritual, dan berhati jernih. Mudah-mudahan siswa-siswi yang kita bimbing menjadi generasi yang berilmu amaliyah, bersedekah ilmiyah, bertaqwa ilahiyah, dan berakhlak robbaniyah. Amin.

Belum ada Komentar untuk "√ Menjalin Tali Kasih Dengan Guru Sejati"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel